Potongan Surga

 

Tiada yang lebih tenang selain pandangan sepasang mata itu ke danau yang ada di hadapannya. Matahari sudah akan pamit pulang di ufuk barat, tetapi ia masih terpaku duduk sendiri di bawah pohon mangga yang rindang seraya mendekapkan kepalanya di atas pangkuan tangannya sendiri. Remaja berusia tujuh belas tahun itu selalu menyuguhkan kecenderungan untuk berkhayal, terutama mengenai hidup dan kehidupan. Hari itu, bayangan awan yang bergerak perlahan di langit biru pun memicu imajinasinya. Dia merasa seakan ada pesan tersirat di dalam imajinasinya itu.

Adam menutup matanya dan membiarkan dirinya terbawa dalam khayalannya. Desir dedaunan yang gugur tak mampu mengusik kekhusyukan khayalannya. Khayalan yang memboyongnya pergi ke dunia yang tak pernah ia yakini kepastian keberadaannya. Sebuah tempat tak terikat oleh batas ruang dan waktu. Tempat tentang segala hal terasa lebih nyata daripada dunia nyata itu sendiri.

Adam berusaha melangkah dengan yakin. Melangkah di atas permukaan yang tampaknya terbuat dari cahaya. Dia menyaksikan sembari melongo keindahan yang tak terungkapkan itu. Bunga-bunga yang bersinar dengan warna-warni yang belum pernah ia lihat di tempat ia berpijak selama ini, pepohonan yang bernyanyi dengan merdu, dan sungai yang mengalir dengan air yang bersinar bak kristal.

Tiada rasa sakit atau penderitaan di sana. Hanya kedamaian yang menyelimuti setiap sudut. Adam bertemu dengan orang-orang yang pernah meninggalkannya di tempat bernama dunia ini. Mereka mengukir senyum kepadanya dengan indah, memberinya kehangatan yang ia rasakan hingga menyerbu ke dalam relung jiwanya.

Tiada kata-kata yang pantas untuk menggambarkan tempat ini, namun segala sesuatu terasa dipahami tanpa perlu diucapkan. Adam merasakan kebebasan yang tak terbatas, dia terbang menyisiri langit dengan sayap yang terasa ringan. Setiap kali dia menengadahkan wajahnya ke langit, dia merasakan kehadiran yang lebih besar dari dirinya sendiri. Namun, di tengah keindahan dan ketenangan tersebut, ada sesuatu yang memanggilnya kembali. Sebuah getaran halus namun kuat yang membawanya kembali ke tepi danau sebelumnya. Adam membuka matanya, kembali ke hidup dan kehidupan yang ia anggap tidak nyata. Kenyataannya, ia berada di dunia nyata yang akrab dengan realita. Realita tentang kekaguman dan kerinduan akan momen-momen dalam khayalannya. Dia merasa tertantang untuk mengubah dunia ini sedikit lebih seperti imajinasinya. Imajinasi tentang jawaban atas pertanyaan, bagaimana bisa dia membagikan keindahan dan kedamaian yang dirasakannya dalam khayalannya kepada orang lain? Bagaimana bisa dia membantu menciptakan sedikit ceruk surga di bumi ini? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang tak pernah ia pahami jawabannya.

Dia mengangkat batu kecil dan melemparkannya ke danau. Deru ombak kecil menyebar di permukaan air yang tenang, memantulkan sinar senja yang memukau. Itu membuatnya tersadar. Seperti batu yang memecah kesunyian danau, mungkin kebaikan dan kasih yang dia sebarkan akan menjadi gelombang ombak kebaikan yang lebih besar di dunia ini.

Adam berdiri, langkahnya mantap dan yakin ketika dia memutuskan untuk membawa momen-momen damai dari khayalannya ke kehidupan nyata. Dia ingin berbagi kebaikan dan kedamaian, membangun istana surga kecil di sekitarnya dengan langkah sederhana yang dia lakukan setiap hari. Mungkin, dengan menanam banyak kedamaian, kebaikan, dan pemahaman di antara sesama, dia dapat sedikit demi sedikit menciptakan potongan surga yang ia impikan.

Kini, Adam paham betul apa yang diajarkan oleh gurunya bahwasanya ketika kita mati, kita akan terbangun bahwa hidup ini adalah mimpi. Adam memetik hikmah bahwa kehidupan setelah mati bukan hanya tentang akhirat saja, tetapi juga tentang cara kita menjalani hidup kita di dunia ini. Dengan tekad yang kuat dan hati yang penuh cinta, dia yakin bahwa setiap orang dapat membawa sedikit dari surga ke dalam hidup mereka dan hidup orang lain sebagai bekal tiket masuk menuju surga-Nya.

Pernah

 

Pernah. Sebuah kata biasa dengan kekuatan yang luar biasa. Tentang kata yang mengandung makna dan pengalaman yang tak terhitung jumlahnya. Ada begitu banyak cerita, realita, fakta, hingga cinta dan lainnya yang terkandung di balik kata tersebut.

“Apakah kamu pernah berdagang sebelumnya, Ris?” tanya Ayah kepada anaknya.

“Belum, Ayah. Kini, aku mengerti kalau tak seharusnya aku tak menghiraukan nasihat, Ayah,” jawab Aris dengan menyesal.

“Aris ... Ayahmu mengenal persis gagal dalam berdagang, saat kamu belum mengenal sukses dalam berbisnis,” seru Ayah dengan memotivasi Aris.

“Apa yang harus aku lakukan, Ayah?” tanya Aris dengan penuh harap.

Sang ayah tersenyum dan menjawab, “Kata 'pernah', Aris. Itulah kunci untuk menjawab pertanyaanmu.”

“Apa yang ayah maksud dengan 'pernah', Ayah?” tanya Aris bingung.

“Pernah adalah sebuah kata yang mengingatkan kita tentang keterbatasan dan keunikan pengalaman hidup. Kegagalan yang kamu alami adalah bagian dari perjalananmu menuju kesuksesan. Setiap orang pernah mengalami kegagalan, tapi yang membedakan adalah bagaimana mereka merespons dan belajar darinya,” jelas Ayah seraya menyeruput kopinya.

“Kamu boleh berbangga pernah berkuliah di kampus ternama dan lulus dengan gelar sarjana dengan predikat terbaik atau apa saja sebutannya, tapi yakinlah bahwa menurut ayah, sesungguhnya kamu masih belum menyelesaikan belajarmu sebelum kamu memahami makna kata 'pernah',” lanjut ayah seraya tersenyum tipis.

Aris mulai memahami makna kata 'pernah' yang diceritakan oleh sang ayah. Ia menyadari bahwa seharusnya ia belajar tentang mengalami suatu hal, sebelum menjadikannya menjadi kata bermakna luar biasa bernama 'pernah'. Kata yang dapat dipahami maknanya hanya lewat proses mengalami. Bukan hanya proses mengalami pada diri sendiri, tetapi bisa juga proses mengalami orang lain yang dijadikan sebagai pemahaman pengalaman pribadi. Benar kata ayah bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tapi akhirnya segalanya seharusnya kita belajar dari kegagalan.

“Ingatlah selalu, Anakku, bahwa pernah adalah aksi dari sebuah 'akan' dan reaksi dari sebuah 'sedang'. Jadi, belajarlah dari kata pernah yang hanya dapat kamu pahami maknanya hanya dengan mengalaminya sendiri,” tukas Ayah seraya menepuk pundak putra sulungnya tersebut.

Tangisan Nasi

Siapa sangka, kalimat sederhana itu justru membuatku babak belur dan ingatanku terbentur kenyataan dengan keras. Aku benar-benar terkulai tak berdaya meratapi penyesalan yang tak pernah ku pahami maknanya. Makna hidup yang sebelumnya aku telah diingatkan akan sebuah kenyataannya, yang kala itu masih menjadi imajinasiku. Kini, semuanya telah menjadi kenyataanku, sekaligus juga tetap menjadi kenyataannya. Kenyataan yang bermula dari sebuah peristiwa yang biasa disebut de javu.

Tak ada yang menyangka dan percaya kalau aku kini harus terkapar lesu menghadapi tamparan sangkaan yang sebelumnya tak kupercaya adanya. Kalimat itu menjadi guru terbaik yang mengulurkan tangannya untuk mengajariku tentang sebuah keadaan yang tak diinginkan siapapun namun menyiratkan makna mendalam tentang inilah hidup.

Aku selalu meremehkan kisah ayah yang selalu mengagungkan kenyataan yang dihadapinya. Memaksaku menerima kenyataan yang sebenarnya bukan menjadi kenyataanku. Ayah selalu sambat kepadaku tentang hidup dengan dalih mengajariku untuk menerima kenyataannya. Mengajariku tentang kenyataan yang mungkin bisa jadi kenyataanku pula di masa yang akan datang. Namun, kenyataannya justru kenyataan itu hanya kuanggap bualan yang tak penting untuk disikapi secara penting.

Percuma untukku memutar kembali waktu yang telah berlalu. Aku terlalu naif untuk menerima semuanya. Kebodohan masih saja akrab menjadi pesonaku, khususnya sebagai manusia dewasa yang tak pernah dewasa dan didewasakan oleh waktu. Aku benar-benar berterima kasih kepada ayah yang sekarang telah membangunkanku dari imajinasiku. Meskipun, ia telah terlelap dalam tidurnya saat ini.

Sekarang, aku bersiap menggantikan peran ayah menjadi ayah untuk sebuah status yang dulunya kuanggap pecundang. Pecundang hidup yang tak bisa memperbaiki kenyataan kehidupan. Mulai sekarang, aku akan memulai berbohong kepada diriku sendiri bahwa aku mampu memainkan perannya. Hal itu adalah hal yang sangat mengerikan ketika aku tidak mau tapi dipaksa mengakui keadaan bahwa apa yang dulunya ia katakan adalah kebenaran. Kalimat sederhana yang membenarkan bahwa aku salah. Kalimat sederhana berlantukan, “Nak, kalau makan nasinya dihabisin ya, nanti kalau gak habis nasinya nangis,” ujar sang ayah kala mengingatkan anaknya itu.

Monolog Hujan

 


Rintik menyapa dengan istiqamah menyejukkan buana

Bertamu menjawab harapan dalam panas penantian

Mengusir tandus dengan desau merdu gerimis

Dalam episode kemarau yang tak berujung

 

Kedatanganmu bak masa berbuka di kala puasa

Mengeliminasi elegi yang telah lama mengudeta

Bukankah kesabaran adalah kuncinya?

Masih ingatkah kau dengan kejamnya kemarau:

Yang memimpin musim dengan tirani dahaga,

Yang menelantarkan kedamaian serdadu hijau dengan serbuan kerontang 

Yang menggusur ketentraman ragawi dengan guyuran peluh,

Dan semua tentang sambatan yang kau serukan pada Sang Kuasa

 

Sekarang, aku telah datang memupuskan ratapanmu

Lantas, masihkah kau meragukan keadilan-Nya?

Aku masih menunggu jawabanmu dalam monolog hujan ini

Hanya Untaian Kata


1, 2, 3, 4, 5, …, 999, 1000, ….

Mungkin …, ini cuma angka

bahkan tak lebih dari sekadar numeralia atau pun matematika

Aku hanya berlogika

Aku masih berdiri sendiri

Di sabana beralaskan rerimbun duri

sembari melongo menghitung jemari

Berkhayal tentang alegori

dan mengintip langit penuh iri

yang indah tiada ciri

 

Tergilas deru sengkayan,

Terkuburnya senyuman,

Hilangnya sebuah pemahaman,

ketika nestapa nyanyikan lagu kenangan

Menyindir angan dalam kenyataan

dan yang tersisa hanya lamunan

yang hilang tanpa harapan

 

Aku hanya jelata

bahkan tak mengerti tentang eksakta

yang menantikan keakraban sebuah realita

di tengah elegi yang mengudeta

Sungguh … ini hanya cerita

karena sesungguhnya aku hanya ingin berkata ….

“Mungkin bagimu … ini hanya untaian kata semata”

Materi Puisi


Puisi

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang berisi ungkapan hati, pikiran, dan perasaan penyair yang dituangkan dengan memanfaatkan daya bahasa, kreativitas, dan imajinasi pengarang dengan rangkaian bahasa yang indah serta mengandung irama dan juga makna. Lebih lanjut, puisi menggunakan kata-kata yang estetis dan berirama dengan tujuan untuk membangun makna yang berbeda.
     

Unsur Pembangun Puisi

(1) Diksi

Diksi merupakan hal yang berkaitan dengan pemilihan kata yang digunakan untuk memberikan makna tertentu.

(2) Kata Konkret

Kata konkret adalah kata yang mengacu pada kosakata yang memiliki wujud dapat dirasakan oleh panca indera.

(3) Imaji

Imaji merupakan hal dalam puisi yang berkaitan dengan penginderaan atau susunan kata yang berfungsi untuk memperjelas maksud tertentu.

(4) Rima

Rima adalah hal dalam puisi yang berkaitan dengan pengulangan kata atau bunyi yang bertujuan untuk memperindah puisi.

(5) Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan sekumpulan kalimat yang memiliki keragaman pemakaian guna memperoleh efek-efek tertentu.

(6) Tipografi

Tipografi merupakan teknik dalam penyusunan huruf dan teks di dalam suatu pembuatan visual guna memberikan kesan tertentu dan menggambarkan makna tertentu.


Ragam Gaya Bahasa (Majas)

1.      Hiperbola

Majas yang menyatakan ungkapan secara berlebihan dari keadaan sebenarnya.

Contoh : Otakku pecah memikirkan soal matematika ini.

2.      Simile

Majas yang membandingkan dua hal. Majas ini biasanya ditaandai dengan penggunaan kata seperti, ibarat, bagai, bak, laksana, umpama

Contoh : Hidup ini ibarat orang yang sedang mampir

3.      Litotes

Majas yang menggunakan ungkapan penurunan kualitas untuk merendahkan diri.

Contoh: Silakan cicipi jajan pasar ini!

4.      Ironi

Majas yang menyatakan sindiran secara halus dengan menyembunyikan fakta.

Contoh : Hebat sekali kamu bisa menulis aksara batu!

5.      Metonimia

Majas yang menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang mempunyai keterkaitan dengan merek dagang.

Contoh : Rudi suka sekali minum Luwak.

6.      Eufimisme

Majas yang menggunakan ungkapan lebih halus terhadap ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.

Contoh : Saat ini sedang dibahas penyesuaian tarif tol.

7.      Personifikasi

Majas yang membandingkan antara benda mati dengan manusia atau memperlakukan benda tersebut seolah-olah memiliki sifat layaknya manusia.

Contoh : AC itu melambai-lambai memanggilku.

8.      Metafora

Majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.

Contoh : Anak itu dikenal sebagai kutu buku di kelasnya.

 

Ragam Puisi

1.      Romansa

Romansa merupakan puisi yang berisikan kisah cinta atau perasaan penyair tentang cinta.

2.      Balada

Balada merupakan puisi yang menggambarkan kisah atau cerita yang mengharukan.

3.      Himne

Himne merupakan puisi yang memuat pujian atau doa yang ditujukan untuk Tuhan.

4.      Ode

Ode merupakan puisi yang berisi sanjungan terhadap orang yang berjasa.

5.      Epigram

Epigram merupakan puisi yang menjelaskan ajaran, tuntunan, atau nasihat hidup.

6.      Elegi

Elegi merupakan puisi yang berkisah tentang ratapan dan ungkapan duka cita.

7.      Satire

Satir merupakan puisi yang menyajikan sindiran atau kritik terhadap suatu hal.

Materi Cermin


Cerita Mini

Dalam dunia karya sastra banyak sekali ragam dari karangan fiksi. Namun, akhir-akhir ini, hadir ragam fiksi baru yang kini populer dan digandrungi kalangan penulis maupun pembaca, yaitu, Fiksi Mini atau Cermin (Cerita Mini). Fiksi mini atau biasa disebut Flash Fiction atau biasa dikenal dengan cerita mini merupakan karya fiksi yang lebih singkat dan sangat ringkas dibandingkan dengan cerita pendek (cerpen). Walaupun ada yang menyebut fiksi mini atau cerita mini sama halnya dengan cerita pendek, faktanya cerita mini bukanlah cerita pendek yang sering kita temui selama ini. Jadi, cerita mini merupakan cerita yang ditulis lebih ringkas daripada cerita pendek. Umumnya, cerita mini terdiri atas kisaran 250 kata hingga 1.000 kata. Hal tersebut tentunya berbeda jauh dengan cerpen yang umumnya terdiri atas 1.000 hingga 10.000 kata dalam satu cerita. Tak dapat ditampik bahwa memang sebenarnya tidak ada aturan baku yang mengatur mengenai patokan persis jumlah kata dari cerita mini tersebut, tetapi justru banyak kalangan penulis yang merasa tertantang untuk menulis cerita yang kurang dari 250 kata tersebut.


Ciri-Ciri Cerita Mini

(1) Singkat

Cerita mini ditulis lebih singkat daripada cerpen. Cerita mini merupakan cerita yang ditulis lebih ringkas daripada cerita pendek.

(2) Jumlah Kata 

Singkat tulisan pada cerita mini umumnya berkisar pada 250-1.000 kata saja. Namun, hal ini tak menjadi aturan yang baku, semuanya bergantung pada penulis itu sendiri.

(3) Imajinatif 

Ciri cerita  mini yang paling menonjol adalah unsur imajinatif. Penulis dituntut untuk memiliki kemampuan imajinasi yang baik dalam membuat cerita yang singkat tersebut.

(4) To The Point

Pemilihan kata pada cerita mini selayaknya tidak berbelit. Bahasa yang digunakan harus to the point karena memperhatikan jumlah kata pada cerita tersebut.

Struktur Cerita Mini

1.      Topik

Topik yang dipilih menentukan daya tarik bagi pembaca. Peran topik tentunya memudahkan penulis untuk mengeksplorasi ide dan gagasan.

2.      Judul

Judul yang baik tentunya mampu menarik minat pembaca untuk menyelami cerita lebih dalam melalui membaca dan memahami cerita itu sendiri.

3.      Isi 

Isi cerita mini hendaknya ditulis secara singkat, padat, jelas, namun tetap memberi daya tarik kepada pembaca. Bahasa yang to the point tentunya menjadi penting dalam hal ini. 

 

Fungsi Cerita Mini 

1.      Fungsi Emosi

Cerita mini berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan emosi dari si penulis. Tujuannya agar pembaca turut serta merasakan apa yang dirasakan penulis. 

2.      Fungsi Sindiran

Salah satu fungsi cerita mini adalah digunakan untuk ajang menyindir, baik menyindir pemerintah, pribadi, ataupun menyindir kondisi sosial.

3.      Fungsi Kognitif

Jumlah kata yang terbatas tentunya menjadi tantangan dalam mengasah kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif inilah yang menentukan kualitas cerita mini tersebut. 

4.      Fungsi Poetic Speech

Poetic speech merupakan salah satu upaya untuk mengekspresikan gagasan dan imajinasi, dalam hal ini berbentuk tulisan.

Materi Cerpen


Cerita Pendek

Cerpen atau umum disebut dengan cerita pendek merupakan karya sastra berbentuk karangan bebas yang bersifat fiktif. Karangan yang dikemas secara pendek, padat, dan ringkas tersebut, umumnya mengisahkan segala persoalan atau permasalahan yang dialami pengarang secara langsung maupun orang lain dengan berbalut unsur fiksi (khayal). Pendek, padat, dan ringkasnya cerpen biasanya didasarkan pada konflik yang diuraikan pada cerpen tersebut yang umumnya hanya satu permasalahan saja. Selain itu, alur tunggal dan terbatasnya cerpen juga menjadi karakteristik yang khas untuk membedakan cerpen dengan karya sastra lainnya. Akhirnya, mengacu dari pernyataan tersebut, maka kesan cerpen sebagai sebuah karangan yang “habis dalam sekali duduk” begitu melekat pada cerita yang syarat dengan pesan atau amanat tersebut.

Nah, siapa pun bisa membuat cerpen atau cerita pendek, termasuk kamu yang mungkin masih duduk di bangku sekolah sekalipun. Banyak kejadian-kejadian unik dan menarik yang bisa kamu ekspresikan ke dalam sebuah cerita pendek. Entah mengenai kehidupan asmara, kehidupan pertemanan, dan hal-hal yang tentunya sangat menarik untuk dituangkan dalam bentuk karangan bebas tersebut.

 

Ciri-Ciri Cerita Pendek

Cerpen memiliki beberapa ciri-ciri antara lain:

(1)   Cerpen biasanya selesai dibaca dengan sekali duduk

(2)   Cerpen memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata

(3)   Cerpen hanya memiliki alur cerita tunggal atau satu jalan cerita saja

(4)   Cerpen umumnya menampilkan latar dan tokoh yang terbatas

(5)   Cerpen biasanya mengandung pesan moral yang mendalam

 

Fungsi Cerita Pendek

1.      Fungsi Rekreatif

Cerpen berfungsi untuk memberikan hiburan untuk dijadikan motivasi bagi para pembaca.

2.      Fungsi Estetis

Cerpen berfungsi untuk memberikan keindahan untuk dijadikan inspirasi bagi pembaca.

3.      Fungsi Moralitas

Cerpen berfungsi memberikan nilai-nilai moral untuk dijadikan pembelajaran mengenai perihal baik-buruk bagi pembaca. 

4.      Fungsi Didaktik

Cerpen berfungsi memberikan nilai-nilai pendidikan untuk dijadikan tambahan wawasan bagi para pembaca.

5.      Fungsi Religiusitas

Cerpen berfungsi memberikan nilai-nilai agama untuk dijadikan teladan bagi para pembaca.

Selain kelima fungsi tersebut, fungsi cerpen umumnya disesuaikan dengan karakteristik cerpen itu sendiri, bergantung dari maksud dan tujuan pengarang serta genre dari cerpen itu sendiri.

 

Struktur Cerita Pendek

1.      Abstrak

Abstrak merupakan pemaparan gambaran awal dari cerita yang dikisahkan. Abstrak bersifat opsional karena hanya sebagai pelengkap cerita saja.

2.      Orientasi

Orientasi berisi mengenai pengenalan tokoh, penataan peristiwa, dan pengungkapan latar yang mampu menggambarkan visual pada cerita tersebut.

3.      Komplikasi

Komplikasi merupakan serangkaian peristiwa yang bergerak mulai dari munculnya masalah hingga menuju konflik atau puncak masalah pada cerita tersebut.

4.      Resolusi/Evaluasi

Resolusi/evaluasi merupakan pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang dikisahkan pada cerita tersebut.

5.      Koda

Koda merupakan nilai atau pesan moral yang disampaikan pengarang secara tersirat maupun tersurat kepada para pembaca.

 

Unsur Intrinsik Cerita Pendek

1.      Tema

Gagasan pokok atau inti cerita yang mendasari cerita dalam sebuah cerita pendek.

2.      Alur

Jalan cerita dari kisah yang termuat dalam cerita pendek. Alur dibedakan menjadi tiga, yakni, alur maju (progresif), alur mundur (regresif), dan alur campuran.

3.      Latar

Latar berkenaan dengan tempat, waktu, dan suasana yang termuat di dalam cerita pendek.

4.      Penokohan

Penokohan menyangkut hal pelaku dan karakter/sifat pada tokoh dalam cerita pendek.

5.      Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita pendek. Sudut pandang dibedakan menjadi dua, yakni, orang pertama dan orang ketiga.

6.      Amanat

Pesan yang terkandung atau ingin disampaikan pengarang di dalam cerita pendek. Amanat dibedakan menjadi dua, yakni, tersurat dan tersirat.

7.      Gaya Bahasa

Karakter bahasa yang digunakan pengarang dalam cerita pendek. Gaya bahasa dalam hal ini berkaitan dengan majas.

 

Unsur Ekstrinsik Cerita Pendek

1.      Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat dalam konteks ini umumnya menyangkut perihal kondisi sosial masyarakat dan kondisi ekonomi masyarakat.

2.      Latar Belakang Pengarang

Latar belakang pengarang dalam hal ini memuat biografi pengarang, kondisi psikologis atau kejiwaan pengarang, dan gaya bersastra pengarang yang mempengaruhi karyanya.

3.      Nilai-Nilai dalam Kehidupan

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek umumnya adalah nilai-nilai yang menyangkut nilai moral, nilai social, nilai, agama, nilai budaya, dan sebagainya.