Bangkit dengan Jas Merah

Bangkit secara kamus berarti ‘bangun’ atau ‘hidup kembali’. Bagi Negara Jepang, kata “Bangkit” tak ubahnya lebih dari sekadar segerombolan suku kata bermakna biasa belaka. Lebih dari itu, kata “Bangkit” seakan menjadi mantra ampuh yang mampu menyihir psikologis rakyatnya. Lewat titah sang Kaisar, bergerilyalah bala tentara Jepang yang ada untuk mencari para guru yang masih hidup pascatragedi bom Hiroshima dan Nagasaki tersebut. Titah sang Kaisar pun jelas, yakni, membangun kembali Jepang melalui pendidikan. Satu hal pasti yang akan selalu dikenang orang Jepang, yaitu, mereka bangkit berawal dari sejarah. Benar saja, tujuh puluh dua tahun pascatragedi tersebut, Jepang kini telah berhasil membuktikan diri mampu menjadi salah satu negara paling maju di dunia.

***

Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah), slogan itu seakan begitu akrab dan telah mengakar dalam benak ini. Bahkan, lebih dari sekadar retorika sang proklamator belaka, lebih dari itu, akronim tersebut diakui atau tidak telah menjadi penggugah semangat untuk kita semua. Bukan saja pada tempo dulu. Sampai saat ini pun, istilah itu masih menjadi bagian dari pidato bersejarah sang proklamator bangsa ini. Istilah yang mengandung berjuta harapan di masa depan. Bangkit. Membangun bangsa dengan berlandaskan sejarah.

“Hari ini, Ibu akan menjelaskan sejarah tentang keberhasilan Indonesia merebut kemerdekaan,” ungkap Bu Agustina dalam menyampaikan tema pembelajaran kali ini.

“Bu … kenapa kita harus belajar sejarah? Bukankah seharusnya kita menatap masa depan?” celetuk seorang siswa.

Mendengar pertanyaan tersebut, Bu Agustina pun sejenak terdiam sembari menghela nafas agak berat.

“Saya pernah membaca sebuah tulisan, Bu. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa … kemarin adalah kenangan. Hari ini adalah kenyataan. Esok adalah harapan,” lanjut siswa tersebut dengan kritis.

Seisi ruang kelas pun tertegun melihat dan mendengar pendapat Yahya tersebut. Maklum, Yahya memang dikenal sebagai anak yang pintar dan kritis di kelasnya. Bahkan, mungkin bisa dibilang, dia adalah anak yang paling kritis sesekolah.

Dengan kesabaran dan ketelatenannya, Bu Agustina pun tersenyum manis menatap Yahya, lalu menjawab:

“Percayalah, Nak! Takkan ada hari ini maupun hari esok, apabila tak ada hari kemarin. Jika kita selalu menganggap sejarah hanyalah sebuah kenangan, maka kenyataannya adalah bahwa kita hidup di masa ini karena keberhasilan dari kenangan itu,” jawab Bu Agustina dengan mantap.

“Bung Karno mengajarkan kepada kita semua; Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Maksudnya, jangan sampai kita melupakan sejarah perjuangan bangsa ini. Dengan belajar sejarah, hendaknya kita senantiasa ingat tentang perjuangan para pendahulu kita dalam berjuang merebut kemerdekaan bangsa. Anak-anak … perang telah berakhir dan tugas kita di masa yang merdeka ini yang paling utama adalah bangkit. Bangkit dari keterpurukan. Bagaimana caranya? Dengan mengisi kemerdekaan itu dengan berjuang membangun bangsa ini menjadi bangsa yang kuat yang bernama Indonesia emas. Adapun langkah awal yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan itu adalah dengan belajar secara sungguh-sungguh,” imbuh Bu Agustina seraya memotivasi para siswa.

Jawaban Bu Agustina itu pun seakan menyihir seisi kelas tersebut. Semua siswa dalam kelas itu sontak menyambut gembira jawaban cerdas dan motivatif tersebut dengan tepuk tangan dan senyum yang mengumbar penuh kebanggaan dan kepuasan.

“Bu … saya mohon maaf, apabila tadi saya sedikit lancang bertanya demikian. Saya hanya merasa ragu saja dalam hati saya, Bu,” ucap Yahya dengan menyesal.

“Yahya … saya bangga kepada kamu. Kamu tumbuh menjadi siswa yang cerdas. Kamu tidak salah. Hanya saja, kamu tidak boleh menyalahkan apa yang tidak kamu yakini. Saya tahu, kamu tidak membenci sejarah. Tapi, kamu hanya belum mengenal sejarah saja,” jawab Bu Agustina seraya memegang pundak Yahya yang duduk tepat di depan Bu Agustina berdiri tersebut.

“Yahya … saya yakin kelak kamu akan menjadi bagian dari sejarah Indonesia emas di kemudian hari. Begitu pun kalian semua,” ujar Bu Agustina seraya memotivasi seluruh siswa.

17 komentar

  1. Sederhana dan menyentuhh hatii.
    Terusslahh berkaryaa, wahai generasi emas Indonesia

    BalasHapus
  2. sederhana dan bermakna mendalam sekali. Pelajaran yang luar biasa...

    BalasHapus
  3. Edukatif sekali. Benar-benar memberi pelajaran untuk kita semua agar senantiasa selalu menghargai sejarah.

    BalasHapus
  4. very meaningfull. Salut kawan.

    BalasHapus
  5. slogan Bung Karno yg luar biasa: jas merah

    BalasHapus
  6. pas bnget baca ini di moment agustusan. semoga kita selalu semangat kawan2

    BalasHapus
  7. Sejarah adl semangat pembentuk masa depan. :D

    BalasHapus