Rintik menyapa dengan
istiqamah menyejukkan buana
Bertamu menjawab
harapan dalam panas penantian
Mengusir tandus
dengan desau merdu gerimis
Dalam episode kemarau
yang tak berujung
Kedatanganmu bak masa
berbuka di kala puasa
Mengeliminasi elegi
yang telah lama mengudeta
Bukankah kesabaran
adalah kuncinya?
Masih ingatkah kau
dengan kejamnya kemarau:
Yang memimpin musim
dengan tirani dahaga,
Yang menelantarkan
kedamaian serdadu hijau dengan serbuan kerontang
Yang menggusur
ketentraman ragawi dengan guyuran peluh,
Dan semua tentang
sambatan yang kau serukan pada Sang Kuasa
Sekarang, aku telah
datang memupuskan ratapanmu
Lantas, masihkah kau
meragukan keadilan-Nya?

